[Ulasan Film] Tomb Raider; Alicia Vikander yang Kick-Ass ditengah Cerita yang Buruk

tomb_raider_xlg
foto oleh Warner Bros. Pictures

                Saat pertama kali diumumkan akan ada reboot film Tomb Raider dengan Alicia Vikander sebagai Lara Croft, banyak bermunculan komentar yang menyatakan ketidaksetujuan. Mereka menganggap bahwa yang paling pas memerankan Lara Croft itu tetap Angelina Jolie, walaupun saya gak yakin mereka ingat bagaimana 2 film Tomb Raider terdahulu –seperti saya—atau bahkan mungkin mereka belum nonton sama sekali. Mereka menganggap bahwa Alicia Vikander kurang terlihat seksi, yang menggambarkan bahwa karakter Lara Croft lebih dikenal melalui bentuk fisiknya ketimbang gamenya itu sendiri.

                Berbeda dengan Tomb Raider yang diperankan Angelina Jolie, versi Alicia Vikander ini menceritakan awal mula kisah petualangan Lara Croft. 7 tahun semenjak menghilangnya sang ayah, Lara yang masih enggan mengakui bahwa ayahnya sudah tiada, menolak menandatangani sertifikat kematian ayahnya yang membuatnya tidak bisa mendapatkan peninggalan sang ayah. Sampai pada akhirnya ia mendapatkan sebuah warisan berupa sebuah kotak teka-teki yang menunjukkan kemana ayahnya menghilang. Lara yang meyakini bahwa ayahnya masih hidup, memutuskan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk yang ditinggalkan sang ayah, dan petualangannya pun dimulai.

                Di awal film penonton diperkenalkan oleh sosok Lara Croft yang memiliki tubuh bugar dan memiliki perut sixpack tapi dikalahkan dalam uji tanding bela diri, kecerdasan serta kegemarannya akan teka-teki, ketangkasannya –dalam hal ini menggunakan sepeda—, tapi diatas itu semua dia adalah seorang gadis biasa. Meminjam istilah umum dalam dunia game, dia adalah newbie yang cuma bermodalkan nekat serta kecintaan kepada sang ayah yang membuatnya melakukan petualangan ke tempat yang misterius.

                Perkembangan karakter Lara Croft dari yang awalnya newbie sampai akhirnya menjadi seorang yang penuh skill, yang dengan tiap rintangan maka semikian kuatlah ia, sangat meyakinkan dimainkan oleh Alicia Vikander melalui ekspresi wajah serta looksnya. Cukup bisa dipahami jika ada yang menganggap Lara yang ketika uji tanding bela diri saja sudah babak belur, mana mungkin tiba-tiba jadi jago banget dan mengalahkan para penjahat. Tapi perlu diingat, gametime itu bisa memakan waktu berjam-jam, sehingga cukup mustahil jika “naik level” sang karakter bisa mulus ketika diangkat dalam bentuk film. Demikian pula jika sang karakter masih saja cupu ketika memulai petualangannya, bisa-bisa langsung game over dan film akan berdurasi kurang dari 1 jam, kecuali jika filmnya mau memakai formula film Edge of Tomorrow (2014).

                Meskipun perkembangan dan pembawaan Alicia Vikander yang tepat, tapi sayangnya tidak diimbangi dengan naskah cerita yang menarik. Alur ceritanya sangat standard dan mudah ditebak bagaimana kejadian selanjutnya. Plot petualangan mencari sebuah makam di pulau terpencil pun rasanya hanya sebagai sampingan, yang utamanya adalah hubungan ayah dan anak melalui beberapa flashback yang menyelingi beberapa adegan. Namun sayangnya ketika momen puncak yang harusnya menjadi titik klimaks, justru tidak muncul rasa yang seharusnya dirasakan pada momen tersebut. Semua serba tanggung, plot petualangan tapi kurang diexplore, plot hubungan ayah-anak tapi kurang menyentuh.

        Begitu pula sebagai film yang diadaptasi dari video game yang bergenre adventure, sama sekali tak terasa aroma petualangan yang membuat saya terpukau dan terpaku menatap layar bioskop. Mungkin ini disebabkan karena hampir semua adegan-adegan kuncinya sudah ditunjukkan di trailer, yang sayangnya sudah sempat saya tonton. Demikian pula unsur teka-teki yang cukup identik dengan Tomb Raider, tapi saya mengingat cuma ada 3 adegan yang memiliki unsur teka-teki, itupun berlangsung sangat cepat sehingga tidak cukup untuk membuat penasaran untuk ikut memecahkan, atau setidaknya cukup menarik untuk diperhatikan. Kesannya tiap sekuen teka-teki cuma numpang lewat doang, tanpa meninggalkan kesan yang berarti.

        Sama seperti film-film origin yang lain, Tomb Raider ini hanyalah pembuka untuk instalasi film selanjutnya (jika penghasilan box officenya tidak flop). Cliffhanger endingnya yang lebih mirip akhir episode sebuah tv series yang gak begitu menarik, semoga instalasi-instalasi selanjutnya lebih menarik (kalo ada).

2 half star

Rating: PG-13 (for sequences of violence and action, and for some language)

Genre: Action & Adventure, Drama, Science Fiction & Fantasy

Sutradara: Roar Uthaug

Penulis Naskah: Geneva Robertson-Dworet

Pemain: Alicia Vikander, Dominic West, Walton Goggins, Daniel Wu, Kristin Scott Thomas

Studio: Warner Bros. Pictures

Leave a comment