[Ulasan Film] The Divine Fury

mv5bngm5mznimtctztu4yi00zgvhlwiyodqtmddinjg1y2m1odjlxkeyxkfqcgdeqxvyntuxnti3mzy40._v1_sy1000_cr006741000_al_
Poster oleh Lotte Entertainment

                Yong-hoo (Park Seo-joon) adalah seorang petarung MMA yang sukses, namun selama 20 tahun ini ia tidak mempercayai akan adanya Tuhan. Bahkan ketika melihat simbol-simbol keagamaan semacam salib, hal ini menimbulkan amarah dalam dirinya. Hal ini dikarenakan ketika ia kecil, sang ayah yang bekerja sebagai polisi mengalami kecelakaan saat bertugas yang membuatnya mengalami kritis. Yong-hoo kecil yang tak mau kehilangan orang tua untuk kedua kalinya (Ibunya meninggal saat ia dilahirkan) berdoa dengan sungguh-sungguh untuk keselamatan sang Ayah. Meski dijanjikan seorang Pastor bahwa sang Ayah akan sembuh jika ia berdoa dengan keras, nyatanya Ayahnya tak terselamatkan dan inilah yang membuatnya tak percaya akan adanya Tuhan.

                Paruh awal ini mungkin memang terasa sedikit lambat tapi secara efektif dan memang perlu dalam mengenalkan dunianya dan juga karakter Yong-hoo itu sendiri. Selain memperlihatkan adanya sosok Iblis yang berkeliaran, kita coba diajak “memaklumi” dan memahami kenapa Yong-hoo sampai sebegitunya membenci dan tak mempercayai adanya Tuhan. Bukankah hal ini dapat dengan mudah dijumpai di sekitar kita –dalam agama apapun—ada kalanya apa yang kita mohon dengan sungguh-sungguh tak begitu saja terkabul?

                Setelah pengenalan karakter tersebut The Divine Fury mulai masuk ke ranah exorcism saat Yong-hoo mendapati luka secara misterius di telapak tangannya. Berkali-kali berobat ke dokter dan tak mendapat hasil yang memuaskan, akhirnya memaksa Yong-hoo mengunjungi seorang cenayang yang pada kemudian membawanya bertemu dengan seorang pendeta pengusir setan dari Vatikan, Father Ahn (Ahn Jung-ki). Dari Father Ahn diketahui bahwa luka tersebut adalah sebuah stigmata, yang salah satu keistemewaannya adalah dapat membantu dalam pengusiran setan hanya dengan bantuan air suci, tanpa perlu adanya bacaan doa seperti yang dilakukan Father Ahn.

                Apa yang membuat naskah yang digarap Kim Joo-hwan menarik saya adalah bahwa ia tak bermaksud menggurui ataupun membuat penonton serta merta “tercerahkan”. Memang banyak sekali simbol, salib, ataupun doa-doa; namun yang menjadi fokus bukanlah ajaran agama melainkan ajaran yang universal: keburukan yang dilawan dengan kebaikan. Hal ini bisa dilihat dari sosok Yong-hoo yang mendapatkan anugrah dari Tuhan tak serta merta membuatnya langsung beriman, bahkan sampai akhir pun masih ada keraguan dan kebencian dirinya terhadap Tuhan. Hal yang meluluhkan hatinya bukan juga ajaran dan ceramah keimanan –meski saya suka bagian “ketika kamu marah kepada Tuhan berarti dalam dirimu masih menyakini adanya Tuhan—yang diberikan Father Ahn, tapi karena ia menemukan kebaikan dan mendapati sosok ayah dalam diri Father Ahn.

                Selain mampu membuat naskah yang apik, Kim Joo-hwan juga boleh juga menggarap sajian pengusiran setannya. Berbeda dengan film horor setan kebanyakan yang lebih mengandalkan jump scares, di The Divine Fury ini menggabungkan beberapa genre exorcist, action, dan juga fantasi yang mungkin akan mengingatkan kepada tokoh superhero DC, John Constantine. Meski demikian tetap saja cukup memberikan efek ngeri ketika para korban yang kerasukan mulai mematahkan hukum fisika. Ya meski diakui ketika hal tersebut dilakukan secara repetitif membuatnya terasa sedikit membosankan, setidaknya hal ini bisa diatasi ketika sang jagoan yang merupakan atlet MMA menggunakan keahliannya untuk membantunya dalam mengusir setan yang bersemayam di tubuh manusia.

                Ya hal tersebut tak terlepas dari sosok Park Seo-joon sebagai Yong-hoo yang tak sekadar tampangnya dan wajahnya yang membuat kaum hawa histeris (percayalah, saya lelah mendengar sebelah saya berkomentar “cakep” “keren” dan sebagainya). Interaksinya dengan Ahn Jung-ki bisa tampil hangat yang kadang disertai tindakan atau celetukan yang cukup konyol. Meski keduanya tampil apik tapi tokoh lainnya ya cuma sekadarnya. Terlebih lagi Wong Do-hwan sebagai Dark Bishop yang tak terlalu dieksplore lebih dalam selain sebagai Iblis jahat yang memanfaatkan tipu daya untuk menipu manusia yang tersesat. Mungkin ini sebuah kesengajaan mengingat di akhir film ini sudah dikonfirmasi bakal ada sekuel berjudul The Green Exorcist, semoga saja Dark Bishop dan kerajaan Iblisnya bisa dieksplorasi lebih lanjut.

3 half star

Rating: 17+
Genre: Action & Adventure, Horror, Mystery & Suspense, Fantasy
Sutradara: Kim Joo-hwan
Penulis Naskah: Kim Joo-hwan
Pemain: Ahn Sung-ki, Woo Do-hwan, Park Seo-joon, Choi Woo-sik
Durasi:

Leave a comment